Lonjakan Investor Kripto Tembus 19,08 Juta, Indonesia Dibidik Exchange Global

Date:

Jakarta, 12 Desember 2025 — Industri aset kripto Indonesia memasuki fase baru seiring semakin banyaknya exchange global yang mengumumkan rencana ekspansi ke Tanah Air pada 2026. Perkembangan ini mencerminkan meningkatnya daya tarik Indonesia sebagai salah satu pasar kripto terbesar di Asia Tenggara, sekaligus menandai perubahan signifikan dalam dinamika persaingan industri.

Daya tarik tersebut tercermin dari pertumbuhan jumlah investor dan kontribusi sektor kripto terhadap perekonomian digital nasional. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, per Oktober 2025 jumlah konsumen aset kripto di Indonesia mencapai 19,08 juta investor, naik 2,5% dibandingkan September 2025 yang tercatat 18,61 juta investor. Kenaikan ini terjadi meski nilai transaksi bulanan kripto mengalami fluktuasi.

OJK juga mencatat nilai transaksi aset kripto pada November 2025 mencapai Rp37,2 triliun, dengan total transaksi sepanjang 2025 (year to date) sebesar Rp446,77 triliun. Angka tersebut menegaskan bahwa kepercayaan publik terhadap aset digital tetap kuat di tengah dinamika pasar global.

Dari sisi penerimaan negara, sektor ekonomi digital menunjukkan kontribusi yang semakin nyata. Data Direktorat Jenderal Pajak (DJP) hingga 31 Oktober 2025 mencatat total setoran pajak ekonomi digital mencapai Rp43,75 triliun. Dari jumlah tersebut, aset kripto berkontribusi Rp1,76 triliun, meningkat dibandingkan penerimaan pajak kripto hingga September 2025 yang tercatat Rp1,71 triliun. Tren ini menunjukkan pertumbuhan berkelanjutan sejak pajak kripto pertama kali diberlakukan pada 2022.

CEO Tokocrypto, Calvin Kizana, menilai meningkatnya minat exchange global masuk ke Indonesia tidak terlepas dari kombinasi besarnya basis pengguna, semakin matangnya regulasi, serta kontribusi industri kripto terhadap perekonomian nasional.

“Masuknya exchange global dengan dukungan modal besar menunjukkan bahwa Indonesia kini dipandang sebagai pasar strategis di tingkat global. Ini menjadi sinyal positif bahwa ekosistem kripto nasional semakin matang dan dipercaya,” ujar Calvin.

Dinamika Kompetisi Industri Kripto

Calvin menjelaskan bahwa kondisi pasar saat ini sangat berbeda dibandingkan ketika exchange global pertama kali masuk ke Indonesia beberapa tahun lalu. “Ketika kondisi pasar Indonesia masih berada pada fase sangat early. Regulasi belum sejelas sekarang dan tingkat literasi pengguna juga masih berkembang. Kehadiran pemain global saat itu membantu membangun kepercayaan, likuiditas, dan standar industri,” jelasnya.

Namun, dengan regulasi yang lebih mapan dan basis pengguna yang lebih berpengalaman, masuknya exchange global saat ini langsung mempengaruhi struktur persaingan. “Hari ini, masuknya exchange asing tidak lagi sekadar memperluas pasar, tetapi langsung mempengaruhi dinamika kompetisi, mulai dari pricing, likuiditas, teknologi, hingga kecepatan inovasi. Meski demikian, ini tetap positif bagi ekosistem secara keseluruhan,” tambah Calvin.

Strategi Tokocrypto Menyongsong 2026

Menanggapi rencana ekspansi sejumlah exchange global, Tokocrypto menegaskan bahwa perkembangan tersebut telah diantisipasi dalam peta jalan strategis perusahaan. “Masuknya exchange global ke Indonesia sudah kami mapping sejak lama dan menjadi bagian dari strategi utama kami menuju 2026. Fokus kami tetap pada tiga pilar utama: kepatuhan regulasi, penguatan produk berbasis kebutuhan lokal, dan pertumbuhan pengguna yang berkelanjutan,” ujar Calvin.

Tokocrypto akan memperkuat pengembangan fitur, token, serta kemitraan dengan berbagai mitra lokal, baik di sektor Web3 maupun Web2, termasuk lembaga keuangan tradisional, e-commerce, hingga sektor F&B. “Kami tidak hanya ingin kuat dari sisi trading, tetapi juga dari edukasi, kemudahan onboarding, integrasi Web3, dan pengalaman pengguna yang relevan dengan pasar Indonesia. Dari sisi akuisisi pengguna, kami memilih pertumbuhan yang sehat dan jangka panjang,” tegasnya.

Konsolidasi dan Loyalitas Pengguna

Masuknya exchange global juga diperkirakan akan meningkatkan persaingan di segmen trader bervolume besar, yang selama ini menjadi salah satu kekuatan Tokocrypto. “Kami menyadari kompetisi di segmen high-volume trader akan semakin intens, terutama dari sisi fee, likuiditas, dan produk seperti derivatif dan staking. Namun, bagi banyak trader dan investor, faktor trust, kepatuhan regulasi, dan keberlanjutan tetap menjadi pertimbangan utama,” kata Calvin.

Lebih lanjut, Calvin melihat langkah ini sebagai sinyal fase lanjutan konsolidasi industri kripto nasional. “Ini merupakan proses yang wajar dalam industri yang semakin teregulasi dan membutuhkan skala, modal, serta tata kelola yang kuat. Tokocrypto berada pada posisi yang relatif matang karena telah melalui fase konsolidasi lebih awal,” ujarnya.

Meski brand global memiliki kekuatan besar, Calvin menegaskan loyalitas pengguna kripto di Indonesia tidak semata ditentukan oleh nama besar. “Faktor komunitas, kedekatan lokal, pemahaman budaya, serta konsistensi layanan memainkan peran yang sangat besar. Dengan lebih dari 19 juta investor, atau sekitar 10% dari populasi Indonesia, pasar ini masih sangat luas dan memungkinkan positioning yang berbeda,” tutup Calvin.

Artikel ini juga tayang di vritimes

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Populer

Mungkin Anda Suka
Related

Jelang Nataru 2025/2026, JTT Berlakukan Diskon Tarif Tol 20% di Ruas Trans Jawa

Bekasi (12/12) – PT Jasamarga Transjawa Tol (JTT)...

Wisman Makin Memilih Kereta Api: 28 Ribu Turis Gunakan KA dari Semarang

KAI Daop 4 Semarang mencatat 28.142 wisatawan mancanegara (wisman)...

Biaya Perawatan Mobil yang Tidak Terduga dan Cara Mengantisipasinya

Memiliki mobil terasa seperti paket lengkap. Ada rasa...

CEO OPTIMA, M. Ali Zaenal Menjadi Pembicara dalam Panel AI Exabytes Marketing Fest 2025

Jakarta – CEO OPTIMA, M. Ali Zaenal, hadir...